Plataran

Selasa, 22 Juni 2010

Kebiasaan yg menjadikan kita Kaya

7 kebiasaan yang membuat hidup menjadi kaya

Sering kali kita berpikir, bagaimana caranya agar kita bisa kaya secara materil dengan waktu cepat, tapi sedikit di antara kita tidak memikirkan arti kaya yang sebenarnya, kebiasaan kita sangat menentukan arah yang akan kita lalui, ini sedikit motivasi buat agan-agan sekalian yang semoga berguna buat yang membacanya: 


1. Kebiasaan Mengucap Syukur

Ini adalah kebiasaan istimewa yang bisa mengubah hidup selalu menjadi lebih baik. Bahkan agama mendorong kita bersyukur tidak saja untuk hal-hal yang baik, tapi juga dalam kesussahan dan hari-hari yang buruk. Ada rahasia besar di balik ucapan syukur yang sudah terbukti sepanjang sejarah. Hellen Keller yang buta dan tuli sejak usia dua tahun, telah menjadi orang yang terkenal dan dikagumi di seluruh dunia. Salah satu ucapannya yang banyak memotivasi orang adalah, “Aku bersyukur atas cacat-cacat ini, aku menemukan diriku, pekerjaanku dan Tuhanku”. Memang sulit untuk bersyukur, namun kita bisa belajar secara bertahap. Mulailah mensyukuri kehidupan, mensyukuri berkat, kesehatan, keluarga, sahabat, dan sebagainya. Lama kelamaan Anda bahkan bisa bersyukur atas kesusahan dan situasi yang buruk.

 
2. Kebiasaan berpikir positif 
Hidup kita dibentuk oleh apa yang paling sering kita pikirkan. Kalau selalu berpikiran positif, kita cenderung menjadi pribadi yang yang positif. Ciri-ciri dari pikiran yang positif selalu mengarah kepada kebenaran, kebaikan, kasih sayang, harapan dan suka cita. Sering-seringlah memantau apa yang sedang Anda pikirkan. Kalau Anda terbenam dalam pikiran negatif, kendalikanlah segera ke arah yang positif. Jadikanlah berpikir positif sebagai kebiasaan dan lihatlah betapa banyak hal-hal positif sebagai kebiasaan dan lihatlah betapa banyak hal-hal positif yang akan Anda alami.


Sukses dan Kebiasaannya

50 kebiasaan orang sukses

Kesuksesa bisa menjadi milik siapa saja, semua orang dikaruniai kesuksesan masing-masing. sukses tidak mengenal asal, tingkatan sipil, dll. Anda bisa saja miskin, dan menjadi sukses. Seseorang terlahir kaya, namun dalam dirinya tidak mental sukses itu tidak pernah dibangun, maka kelak ia pun bisa gagal dan jatuh melarat. Kita bisa lihat kesuksesan seseorang yang berawal dari keluarga miskin, di belahan dunia ini. sehingga untuk membangun mental tersebut perlu lah pembiasaan diri. Sukses bisa jadi merupakan pemenuhan kebutuhan yang baik, terlaksana dan membuat anda puas.


Mungkin saja saat ini Anda menjadi Karyawan, Bos/Manager, Pengusaha, Petani, Peternak, ataupun PNS, Anda bisa meraih sukses dengan mengembangkan 50 kebiasaan sukses ini. Namun, ukuran kesuksesan bukanlah uang, kekayaan, ataupun jabatan, melainkan mental kuat itu sendiri yang terbangun terus menerus sehingga muncul dan menjadi unggul.

Pengusaha Muda Indonesia Mampu Sukses Di Afrika Selatan

ASEP SHANDY/"PRLM"

DUA di antara tiga pengusaha muda Indonesia yang sukses mengembakan usaha di Afrika Selatan. Alex (kiri) dan Sariat (kanan), saat ini juga mencoba memperkenalkan sejumlah produk asal Indonesia.*
JOHANNESBURG, (PRLM).- Pasar Afrika Selatan (Afsel) belum menjadi target para pengusaha Indonesia. Dalam beberapa tahun ini, hanya ada tiga pengusaha Indonesia yang eksis mengembangkan bisnisnya di Afrika Selatan. Mereka adalah Sariat Arifia dan Alex Alamsyah, keduanya berkantor di Johannesburg, serta Henriko di Pretoria.
Sariat Arifia selain pengusaha, juga Ketua Asosiasi Pencak Silat Afrika Selatan. Sariat dan Alex merupakan dua pengusaha yang masih muda. Sariat yang asal Betawi baru berusia 35 tahun, sedangkan Alex yang berasal dari Padang lebih muda lagi, baru 29 tahun.
Sariat mengatakan, dia baru mengembangkan bisnisnya sekitar lima tahun di Afrika Selatan. "Saya punya kenalan di Afrika Selatan dan mengajak berbisnis. Saya terima ajakan tersebut," kata Sariat yang merupakan pengusaha pengapalan (shipping and forwarding) di bawah bendera PT Asanda Lautan Lima di Indonesia dan New South Africa Shipping di Afrika Selatan.


Kamis, 10 Juni 2010

Signal Wi-Fi

Bahaya Wi-Fi. Wi-fi (wireless fidelity) yang lebih dikenal sebagai jaringan lokal nirkabel semakin populer terutama di negara-negara maju dan berkembang. Dengan wi-fi orang bisa masuk ke jaringan internet tanpa harus repot menyambungkan kabel dari komputer ke line telepon. Memang enak ya kalau kitaberada di lungkungan yang ada wi-fi nya(seperti sekolah saya). Tapi selidik punya selidik siyal wi-fi berpengaruh juga terhadap tubuh kita. Mau tahu?

Siyal wi-fi Berdampak Buruk Buat Kesehatan




Di balik kemudahan yang ditawarkan wi-fi, ada beberapa keyakinan publik yang menganggap wi-fi berdampak negatif terhadap kesehatan. Mereka yang tidak setuju dengan kehadiran wi-fi beralasan radiasi elektro magnetik dari wi-fi bisa menyebabkan nyeri di kepala, gangguan tidur dan mual-mual, terutama bagi mereka yang electrosensitive. Tapi benarkah wi-fi berbahaya bagi kesehatan?

Ketakutan akan dampak buruk wi-fi terhadap kesehatan ini dimentahkan ilmuwan Inggris. Seperti yang diungkapkan Sir William Stewart, ketua Health Protection Agency, mengatakan pada BBC Programme Panorama, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan teknologi wi-fi. Tak ada bukti pasti yang menyebutkan, perangkat seperti ponsel dan wi-fi menyebabkan kesehatan terganggu.

Hal senada juga diungkapkan Professor Lawrie Challis, dari Nottingham University. Dalam pernyataannya pada BBC, Senin (21/05), Prof Challis, yang menjabat sebagai ketua Mobile Telecommunications and Health Research (MTHR) menyebutkan: "Radiasi elektro magnetik dari Wi-fi sangat kecil, pemancarnya juga berkekuatan rendah, selain itu masih ada jarak dengan tubuh.

"Bisa jadi radiasi elektro magnetik sangat dekat dengan tubuh, ketika kita memangku laptop, namun dalam pengamaatan saya setiap orang tua akan meminta anak mereka untuk tidak terlalu sering menggunakan ponsel mereka dan selalu meminta mereka untuk menaruh laptop di atas meja, bukan di pangkuan, jika mereka berinternet terlalu lama."

Untuk mendukung pernyataan ini, tim Panorama BBC mengunjungi sebuah sekolah di Norwich, yang memiliki seribu siswa, dan mencoba membandingkan tingkat radiasi dari ponsel dan penggunaan wi-fi di dalam kelas. Hasilnya menunjukkan radiasi wi-fi di ruang kelas tiga kali lebih besar dibanding pancaran yang dikeluarkan ponsel.



Namun ahli kesehatan psikis Professor Malcolm Sperrin mengatakan sinyal wi-fi yang lebih besar tiga kali lipat dibanding radiasi ponsel di suatu sekolah masih belum relevan, karena belum ditemukan pengaruhnya terhadap kesehatan.

"Wi-fi adalah teknologi yang menggunakan gelombang radio elektro magnetik rendah, yang sebanding dengan oven microwave, bahkan 100 ribu kali lebih rendah dari microwave."

Tipe radiasi yang dipancarkan gelombang radio (wi-fi), microwaves, dan ponsel telah menunjukkan kenaikan level temperatur jaringan yang sangat tinggi, yang biasa disebut thermal interaction, namun masih belum ada bukti level tersebut menyebabkan kerusakan.

Health Protection Agency menyebutkan duduk di ruangan yang memiliki hotspot selama setahun sebanding dengan gelombang radio yang dipancarkan saat bercakap-cakap dengan ponsel selama dua puluh menit.

"Gelombang radio sudah menjadi bagian dari kehidupan kita selama hampir seabad atau lebih, namun jika ada gangguan yang signifikan terhadap kesehatan, pasti ada kajian yang akan mencatatnya, dan selama ini berbagai studi masih belum menemukan bukti transmisi wi-fi bagi kesehatan.

Hal senada juga didukung Professor Will J Stewart, rekan dari Royal Academy of Engineering, yang mengatakan: "Ilmu pengetahunan telah mempelajari pengaruh ponsel bagi kesehatan selama bertahun-tahun dan kekhawatiran akan dampak radiasi ponsel masih sangat kecil.

"Begitu juga dengan wi-fi, jika digunakan dalam batas yang wajar tak akan ada pengaruhnya bagi kesehatan dalam waktu yang lama. Namun bukan berarti semua radiasi elektro magnetik tak berbahaya, misalnya sinar matahari yang terbukti menyebabkan kanker kulit, jadi jika Anda menggunakan laptop saat berjemur di pantai, ada baiknya mencari tempat yang teduh," tambah Sperrin yang mengatakan sampai saat masih belum ada banyak bukti yang cukup berrarti akan dampak negatif wi-fi.

Namun yang lebih dikhawatirkan Sperrin bukan pada gelombang wi-fi, namun pada perilaku dalam penggunaan laptop, dan panas yang dihasilkan laptop pada beberapa bagian sensitif pada tubuh, yang berdampak pada kesehatan.


[Dulu di kostan Juga sempat memasang Wi-fi internet namun sayang karena gangguan dan kekurangannya semua jadi ter-kabel-isasi dan menjalar di sekitar bangunan]
Sumber : forumkami.com

Jumat, 04 Juni 2010

Tentang Kost-Kostan

http://annahape.com/2010/02/18/tip-80-rumah-kost-kostan/
Penulis: Medwin F. ST
Arsitek di Annahape Studio

 
Tip 80 Rumah Kost-kostan, dari Standard Minimal Sampai yang Berkelas

annahape.com.
Desain rumah kost-kostan. Pertimbangan utama bagi investor adalah lokasi yang strategis. Itu sebabnya Anda tidak asing melihat tulisan: ‘TERIMA KOST WANITA’, ‘DISEWAKAN UNTUK KOST PRIA’ di wilayah sekitar kampus atau pusat niaga. Bagi pengguna, lokasi bukan satu-satunya pertimbangan. Apa lagi kalau tersedia banyak pilihan. Kenyamanan, kelengkapan fasilitas, ketenangan bisa jadi pertimbangan yang menentukan.
Karena itu desain rumah kost yang sesuai gaya hidup pengguna menjadi hal utama, setelah lokasi. Kalau Anda memperhitungkan dengan cermat kedua hal itu: bisnis kost-kostan menjadi investasi jangka panjang yang menarik. Selain keuntungan jangka panjang karena naiknya nilai tanah, cash flow bulanan Anda pun terjamin.
Berikut beberapa tips yang perlu anda perhatikan apabila anda ingin membangun hunian kost-kostan.
Standard Kenyamanan
Apakah kalangan mahasiswa, atau pekerja. Kalau pekerja, level penghasilan berapa yang Anda bidik. Hal ini terkait dengan fasilitas yang nanti menjadi daya tarik bagi calon pengguna kost-kostan anda. Untuk itu, Anda perlu melakukan survey kecil-kecilan di sekitar lokasi. Misalnya dengan melihat rata-rata biaya kost serta fasilitas yang tersedia.
Makin lengkap fasilitas yang tersedia, makin tinggi pula harga sewa yang dapat Anda patok. Demikian pula sebaliknya. Namun, seminim-minimnya fasilitas (karena Anda membidik level pengguna yang lebih rendah), hendaknya Anda memperhatikan prinsip dasar rumah kost yang sehat.
1.Kamar Tidur
Sesuai dengan stadard kenyamanan kamar tidur, pastikan ruangan ini mendapatk sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik. Ukuran ruangan minimal 2.5 m x 3 m dengan asumsi furnitur yang digunakan berupa 1 single bed, lemari pakaian dan meja belajar. Apabila anda mempunyai lahan yang cukup, tentu luasan kamar tidur dapat di expand sesuai kebutuhan. Yang harus anda perhatikan sebelum menentukan jumlah kamar adalah menyesuaikan jumlah kamar dengan luas lahan yang tersedia. Pastikan kebutuhan ruang minimal untuk hunian terpenuhi. Jangan sampai hanya untuk mengejar profit, ada ruangan yang dikorbankan atau luasannya tidak sesuai standard sehingga justru mengurangi kenyamanan.
Lalu, lihat kembali siapa target pengguna/penyewa kost-kostan anda. untuk kalangan pekerja ‘well paid‘ berikan fasilitas tambahan berupa akses internet, kamar mandi, serta furniture pelengkap lainnya.
2. Selasar
Space antar kamar dihubungkan dengan selasar dengan lebar minimal 1.2 m untuk area sirkulasi. apabila anda mempunyai luasan yang lebih longgar bisa dimanfaatkan sebagai ruang komunal.


3.Ruang komunal
Hal ini yang sering dilupakan oleh pemilik kost-kostan. Ruang komunal perannya cukup vital dalam hunian kost-kostan untuk bersantai, berkumpul/berinteraksi dengan penghuni lain. Hal tersebut lebih menyamankan penghuni kost daripada hanya mendekam di kamar apabila merasa jenuh, dan sedang malas keluar. Biasanya set interior yang wajib di ruangan ini adalah tempat duduk (bench, sofa) dan coffee table. Ada baiknya juga disediakan fasilitas TV. Atau mungkin ruang komunal diintegrasikan dengan pantry untuk menciptakan suasana yang lebih hommy.
4.Kamar Mandi
Masih ingat dengan kutipan tip 2? ‘kalau mau tahu watak seseorang masuklah ke wc atau toilet rumahnya, Di situ aslinya seseorang kelihatan.’ Nah, dalam konteks kost-kostan, Kamar mandi mencerminkan watak dan kebiasaan penghuni yang lain. Bisa jadi nanti calon penghuni kost-kostan anda akan mensurvey situasi kamar mandi kost-kostan anda untuk mengetahui karakter penghuni yang lain dan kenyamanannya. Oleh karena itu, ada baiknya layout kamar mandi dirancang se-sederhana mungkin dan efisien tetapi tetap apik. Misalnya di kamar mandi hanya ada shower, keran, toilet+jet washer, dan gantungan secukupnya.
Perbandingan kamar dan kamar mandi luar sebaiknya 1:3. Untuk kamar mandi dalam sebaiknya terdapat celah ventilasi langsung keluar rumah.
5.Area servis
Umumnya hanya pantry dan ruang cuci+jemur. Jangan lupa untuk memberikan bukaan pada bagian atasnya agar cahaya matahari bisa masuk. Sebaiknya ruangan servis tidak berhubungan langsung dengan area hunian (hall, r.komunal,koridor)
6.Pekarangan
sediakan pekarangan untuk area parkir motor,teras dan taman depan sehingga penghuni masih bisa meletakkan kendaraannya di halaman.
7.Orientasi View
Ini tambahan. Untuk memberikan nilai lebih pada hunian kost-kostan, konfigurasi kamar sebaiknya di orientasikan pada view/ruang yang menarik. misalnya inercourt dengan taman yang asri atau kolam.Desain yang representatif akan memberikan nilai tambah pada kost-kostan anda dan menaikkan harga sewa.


Membidik kelas yang lebih tinggi
Di kota besar seperti Jakarta, Surabaya atau Medan, tidak sedikit pasangan suami istri yang masih mencari rumah kost. Alasannya agar dekat dengan tempat kerja. Kalau Anda ingin membidik kelas pekerja well paid, atau pasutri, Anda harus menyiapkan fasilitas lebih. Misalnya area parkir untuk mobil, fasilitas internet, kamar mandi dalam serta furniture pelengkap yang memadai.
Fasilitas dalam kamar sebaiknya terdiri dari ruang tidur, ruang duduk, ruang kerja, pantry/minibar, dan kamar mandi dan tentunya AC. Bagaiman mensiasati ruang yang terbatas tetapi sekaligus memenuhi kebutuhan tersebut? Salah satu caranya adalah dengan membuat ruang tidur seperti apartemen tipe studio. Dengan kamar tidur/ tempat tidur sistem loft. Perhatikan sketsa kamar kost-kostan di bawah ini.

Luas kamar yang dibutuhkan minimal 3×5. Sebagian dari kamar dibuat bertingkat (loft) sehingga ruang tidur dapat diletakkan di atas. Agar Sirkulasi udara tetap nyaman, di bagian ruang tidur dapat diberi jendela/ventilasi udara. Lantai bawah dapat dipakai untuk ruang duduk, ruang kerja, kamar mandi, dan pantri/minibar. Foto yang diambil dari Majalah Marie Claire di bawah ini adalah contoh kamar dengan loft.

Selasa, 01 Juni 2010

Bekerja dari Rumah... Mungkin?? dan Bisa!!

Bekerja dari Rumah, Siapa Takut? (judul asli)
* Written by Yodhia Antariksa
* Posted May 31, 2010 at 12:00 am





Setiap pagi dan sore di hari kerja, pemandangan di jalanan kota-kota besar tampak selalu membikin miris : gemuruh suara knalpot dalam balutan kemacetan yang kian tak tertahankan. Ribuan pengendara sepeda kotor terus menderu membelah jalanan. Para penumpang bis angkutan umum saling bergelantungan dalam rona keletihan yang membuncah. Sementara para pengendara mobil pribadi hanya bisa menghela nafas, kenapa jarak 5 km harus ditempuh dalam waktu satu jam.

Tentu saja salah satu penyebab kemacetan adalah kian meledaknya jumlah penduduk di perkotaan (urbanisasi yang kian menggelontor makin membuat kota-kota besar limbung menahan beban). Namun sebab lain adalah ini : banyak perusahaan – menengah dan besar – yang memilih kantornya di pusat kota, atau paling tidak di tengah pusat keramaian.

Cobalah tengok area segitiga emas di kota Jakarta, antara ruas jalan Sudirman, Thamrin, dan Kuningan. Setiap bulan rasanya berdiri gedung perkantoran baru di tiga kawasan itu; dan sungguh ini membuat tiga jalan besar itu termehek-mehek menahan kegetiran (fenomena ini saya kira juga terjadi di kota besar lainnya di tanah air). Akibatnya fatal : setiap sore jalanan di kawasan-kawasan ramai itu benar-benar padat merayap.

Dan sungguh itu menjadi pukulan yang frontal bagi produktivitas karyawan. Ribuan jam mereka habiskan sia-sia di jalanan yang makin macet. Dan aha, tidakkan jalanan yang kian sumpek itu membuat mereka kian loyo, stress, dan tiba di kantor dengan muka yang sudah ucel-ucelan. Tidak fresh lagi maksudnya.


Photo credit by : wili hybrid @ flickr.com

Itulah kenapa beberapa tahun terakhir muncul gagasan yang rasanya asyik untuk diterapkan : yakni membolehkan para karyawan bekerja dari rumah. Istilah keren bagi karyawan yang bekerja dari rumah adalah teleworker.

Praktek teleworker ini sudah lazim diterapkan di sejumlah negara luar. Dan dampaknya bisa sangat positif. Bagi para karyawan, kebijakan semacam ini tentu akan membuat mereka tidak harus setiap pagi dan sore berdesak-desakan di jalanan, dan membuang waktu sia-sia. Mereka juga bisa makin hemat dalam ongkos transportasi.

Dan ini yang penting : berdasarkan sejumlah riset, praktek
teleworking ini berdampak positif bagi peningkatan produktivitas karyawan. Dalam jangka panjang, hal ini tentu juga akan memberikan manfaat positif bagi perusahaan.

Memang segera harus disampaikan bahwa kebijakan ini tidak bisa berlaku untuk semua jenis pekerjaan. Pekerjaan sebagai teller, direct salesman, atau cleaning service tentu ndak bisa dikerjakan dari rumah. Demikian juga pekerjaan sebagai perawat, mekanik di bengkel, atau teknisi di pabrik. Namun percayalah : banyak pekerjaan administratif, atau juga di bagian back office dan sejenisnya, yang bisa dikerjakan dari rumah. Dengan bantuan email dan intranet, pekerjaan semacam ini bisa dikoordinasikan dan dikerjakan secara remote.


Yang paling penting adalah ini : gagasan teleworking ini bisa dikerjakan jika suatu organisasi sudah memiliki result areas yang jelas untuk posisi yang hendak dikerjakan dari rumah. Dengan kata lain, konsep bekerja dar rumah ini memang sangat bersandar pada konsep result : please show me the results. “Gue ndak peduli elo mau kerja di hutan, di kafe atau di rumah…..yang penting laporan elo lusa harus kelar”. Demikian kira-kira jargon para teleworker.

Di tanah air sendiri, sudah ada beberapa perusahaan yang mencoba mempraktekannya. Dulu ketika saya bekerja pada sebuah firma konsultan asing, mereka punya kebijakan yang membolehkan saya bekerja dari rumah dalam beberapa hari (misal dua atau tiga hari dalam seminggu, asal tidak ada meeting dengan klien). Yang penting : kerjaan rampung sebelum deadline.

Praktek semacam inilah yang sekarang juga saya terapkan bersama rekan kerja atau asisten/associate yang bekerja dengan saya. Sepanjang tidak ada meeting dengan klien, saya meminta mereka bekerja dari rumah. Saya sendiri juga bekerja dari rumah. Komunikasi dilakukan melalui email. Yang penting target kerja jelas : kapan dan apa yang harus diselesaikan.

Saya kira sudah saatnya perusahaan di tanah air pelan-pelan berani memulai penerapan kebijakan teleworking ini. Saya percaya jika direncanakan dengan matang, kebijakan ini akan membuat win-win solution : karyawan happy, perusahaan juga akan dapat manfaat positif.

Yang pasti, dengan konsep teleworking ini, banyak karyawan kantor yang bisa berhenti menghabiskan usia di jalanan; di tengah raungan mesin dan asap knalpot yang terus menderu……
.
.
tautan di facebook untuk blog penulis (thanks to easy reading for him)
http://www.facebook.com/pages/Blog-Strategi-Manajemen/41688354641?v=wall