Plataran

Kamis, 09 Desember 2010

Lewat Darah, Usia Bisa Diprediksi



ILUSTRASI: Sel darah merah. Sejumlah pakar forensik asal Belanda berhasil mengembangkan teknik menghitung usia seseorang secara akurat lewat darah. Mereka mempelajarinya lewat karakter khas sel kekebalan dalam darah, yang dikenal sebagai sel T. (foto: Google)
ILUSTRASI: Sel darah merah. Sejumlah pakar forensik asal Belanda berhasil mengembangkan teknik menghitung usia seseorang secara akurat lewat darah. Mereka mempelajarinya lewat karakter khas sel kekebalan dalam darah, yang dikenal sebagai sel T. (foto: Google)
Sejumlah pakar forensik asal Belanda berhasil mengembangkan teknik menghitung usia seseorang secara akurat lewat darah. Mereka mempelajarinya lewat karakter khas sel kekebalan dalam darah, yang dikenal sebagai sel T.
Seperti diberitakan dari laman BBC, temuan ini cukup bermanfaat untuk mengungkap identitas pelaku atau korban kejahatan. Melalui uji darah yang tercecer di lokasi kejadian, petugas bisa dengan mudah memprediksi usia pelaku atau korban yang belum terungkap identitasnya.

Sel T yang digunakan untuk memprediksi umur itu memegang peran penting dalam mendeteksi benda asing di dalam darah seperti bakteri, virus, parasit, bahkan sel tumor. Saat bekerja mengenali benda asing, sebuah molekul kecil DNA akan terbentuk. Molekul inilah yang memiliki hubungan linier dan stabil dengan usia seseorang.

Penulis studi, Dr Manfred Kayser dari Erasmus MC University Medical Center, Rotterdam, mengatakan, hasil uji sel T ini memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi. Bahkan, sejumlah pakar tengah merancang untuk membaca karakter manusia berdasarkan informasi DNA. 
"Selama ini uji DNA yang dilakukan tim forensik konvensional hanya bisa mengidentifikasi seseorang berdasar pembanding yang memiliki hubungan darah. Tapi temuan ini diharapkan bisa menampilkan informasi untuk membantu menemukan identitas orang yang tak dikenal sama sekali," kata Kayser.
Sebelumnya, para ilmuwan berhasil mengembangkan suatu cara untuk memperkirakan apakah seseorang akan berumur lebih dari 100 tahun. Yaitu, menggunakan DNA. Penemuan ini merupakan hasil kesimpulan dari penelitian terbesar yang pernah dilakukan terhadap mereka yang berumur lebih dari seratus tahun ke atas.

Umur panjang sangat langka. Tercatat hanya satu dari setiap enam ribu orang di negara industri yang bisa beruntung berusia panjang.

Para ilmuwan dari Universitas Boston di Amerika Serikat (AS) mengidentifikasi 150 segmen dalam DNA manusia yang terkait dengan umur panjang ini. Penelitian dilakukan terhadap seribu orang lebih yang berumur 100 tahun. Mereka dibandingkan dengan populasi umum.

Hasilnya, peneliti menemukan kesamaan DNA pada orang-orang yang bisa hidup panjang. Terlepas dari kondisi lingkungan dan sejarah kesehatan seseorang, gen ini mampu bekerja secara kompleks untuk memberikan usia panjang.

Peneliti yang dikepalai Professor Paola Sebastiani lalu menamai model unik genetika termasuk 150 variannya dengan sebutan single nucleotide polymorphisms (SNPs). Peneliti pun menilai bahwa penemuan ini bisa digunakan generasi muda melalui proses treatment dan pencegahan dari ancaman penyakit. Gen ini memungkinkan hidup sampai 100 tahun terlepas dari apapun gaya hidup yang dipilih.

Berdasarkan hipotesa bahwa orang yang sudah tua membawa varian gen tertentu ini, tim peneliti terus mengembangkan studi kepada manusia lanjut usia. Penyakit tua yang kerap menyerang para kakek dan nenek ternyata ‘tertunda’ bagi mereka yang memiliki varian ini.

Kesimpulannya, 150 varian gen ini juga bisa digunakan untuk memprediksi apakah seseorang bisa berumur sampai 90 atau bahkan lebih tua-dengan tingkat akurasi cukup tinggi.

Selain itu, tim juga menganalisa 19 kelompok genetik lainnya yang diduga menjadi ‘karakter’ 90 persen studi mengenai umur panjang. Menurut mereka, perbedaan tanda genetik ini biasanya berkorelasi dengan penyakit tua seperti demensia dan hipertensi. Ini pun bisa membantu pengungkapan apakah seseorang masuk kelompok umur sangat sehat.

Penemuan ini bisa membantu pencegahan penyakit yang menyerang di usia senja termasuk menurunnya kemampuan tubuh. Meski demikian, Profesor Sebastiani menambahkan ”Prediksi ini belum sempurna. Meski ini akan menyumbang kepada pengetahuan varian gen manusia, namun penelitian korelasi manusia dan lingkungan hidupnya masih minim. Misalnya, gaya hidup yang sangat penting kontribusinya agat manusia panjang umur.”Dia mengatakan, ketepatan perkiraan gen itu terhadap usia seseorang hanya 77 persen. (fn/vs/sm) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar