Plataran

Rabu, 24 November 2010

Membangun Dari Nol, Warsito!



Dr Warsito, ilmuwan senior bidang kimia dan biomolekuler Ohio State University, Amerika Serikat (AS). Lelaki kelahiran Solo, 15 Mei 1967 ini telah mengembangkan tomografi volumetrik. (foto: Google)
Melihat tembus pandang di zaman dulu hanya sebatas wacana. Bahkan, dihubungkan dengan ilmu klenik. Tapi di masa kini, dengan keandalan teknologi, hal itu bukan suatu yang mustahil. Berkat teknologi tomografi, kita bisa melihat suatu objek tanpa harus membuka penampangnya.

Warsito nyaris gila saat komputer kerjanya hangus terbakar disambar petir. Hanya satu laptop tersisa, dan itu juga tiba-tiba jebol. Ini cobaan berat: di komputer itu, hasil riset belasan tahun hilang tak berjejak. 

Hampir sepekan dia berdiam diri di kamar. Mimpinya seperti kandas. Dia ingin menciptakan alat pemindai empat dimensi (4D) berbasis teknologi Electrical Capacitance Volume-Tomography (ECVT). Itu teknologi pemindaian tiga dimensi (3D), dengan obyek bergerak berkecepatan tinggi, sehingga menghasilkan citra 4D. 

Getir. Tapi dia harus bangkit, dan tak boleh menyerah. Musibah itu memaksanya kembali membongkar arsip, dan catatan riset. Satu tim ahli dibentuknya membantu kerja besar itu. Mereka dari Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs).


Barangkali itu hikmah di balik musibah. Sebelumnya, dia malas membongkar data yang tersimpan belasan tahun. Semuanya bertumpuk seperti bangunan tumpang tindih. Tak ada cara lain merapikannya, kecuali membongkar, dan membangun ulang dari nol. "Mungkin di sini kunci keberhasilan itu," katanya.

Pada 2004, riset itu kelar. Tapi masih dalam bentuk simulasi.
Meski begitu, temuan Warsito segera menjadi incaran sejumlah perusahaan terkemuka dunia. Teknologi pemindai 4D pertama di dunia itu akhirnya dipatenkan di Amerika Serikat, dan lembaga paten internasional PTO/WO pada 2006.

Lelaki kelahiran Solo, 15 Mei 1967 ini telah mengembangkan tomografi volumetrik. Apa pula ini?

“Ini merupakan prototip tomografi terkini yang mampu melakukan rekonstruksi objek secara real time dan tiga dimensi dengan kecepatan hingga milidetik per volume,” papar Warsito dalam presentasinya di acara “Meeting of Indonesian Scientist in the 21st Century” di Jakarta.

Walau sudah melanglang buana belajar di negeri orang, Warsito masih tercatat sebagai warga negara Indonesia. Ilmu kimia memang sudah diminati Warsito sejak belia. Tak heran ia menuntut ilmu tersebut sampai ke Negeri Sakura, tepatnya Universitas Shizouka.

Setelah itu, ia melanjutkan ke jenjang S2 di kampus serupa. Pada 1997 Warsito berhasil menuntaskan PhD-nya di kampus itu juga dengan disertasi tentang tomografi ultrasonik. Kini ia tercatat sebagai ilmuwan senior di Department of Chemical and Biomolecular Engineering di Ohio State University. Di sinilah ia bersama timnya mengembangkan tomografi bolumeytrik.

Walau lama di negeri orang, Warsito masih menjadi dosen tamu di jurusan fisika Universitas Indonesia hingga saat ini. Ia juga sempat menjadi dosen tamu di kampus yang membesarkannya, Universitas Shizouka.

Ada serangkaian penghargaan yang pernah diraih lelaki murah senyum ini. Tahun 2002 ia dianugerahi American Institute of Chemist Foundation Outstanding Post-doctoral Award. Ia juga menjadi lulusan terbaik bidang kimia di Universitas Shizouka. Bahkan di awal kariernya pada 1985 Warsito sempat meraih Baiquni Award bidang sains dan matematika dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Berkat segudang prestasinya itu, lelaki ini termasuk dalam 16 ilmuwan Indonesia yang diberi kesempatan unjuk gigi di depan Douglas D Osheroff, peraih Nobel Fisika 1996 yang berkunjung ke Indonesia, akhir pekan silam. (fn/vs/sh) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar