Plataran

Rabu, 26 Januari 2011

Learning By Doing Lebih Mudah Dipahami

Image: corbis.com
DUNIA kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan teknis (hard skill), tetapi juga piawai dalam mengelola diri dan orang lain (soft skill).

Jika berkaca pada realita di atas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgent dalam dunia pekerjaan. Umumnya kelemahan di bidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun, soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja.

Ada banyak cara meningkatkan soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Dalam dunia kerja di mana pun, learning by doing sebetulnya terproses dengan sendirinya baik sengaja maupun tidak sengaja. Selama proses learning by doing, agar mencapai hasil yang maksimal sebaiknya di samping bekerja harus memperhatikan dan bertanya.

Proses learning by doing memerlukan waktu. Cepat, atau lambat tergantung dari kemampuan pegawai untuk adaptasi maupun menyerap. Kalau pekerjaan yang dihadapi kebetulan tidak disukai, tapi karena terpaksa, maka proses learning by doing akan lambat terserap.

Namun, kalau kebetulan pekerjaan yang digeluti adalah yang disukai, maka proses learning by doing akan cepat terserap dan dalam jangka tertentu atau dalam tahapan-tahapan berikutnya bisa masuk dalam kategori ahli.

Menurut CEO PT Pandu Siwi Sentosa Logistic Bhakty Kasry, learning by doing artinya proses belajar yang menitikberatkan pada usaha belajar sambil beraktivitas. Dalam dunia kerja di mana pun, learning by doing sebetulnya sudah terproses dengan sendirinya baik sengaja maupun tidak sengaja. Jadi, agar proses learning by doing mencapai hasil yang maksimal, sebaiknya pimpinan harus mendorong pegawai untuk selalu memperhatikan dan bertanya. Keuntungan proses learning by doing adalah pengetahuan dan pemahaman akan lebih cepat terserap sehingga dalam tahapan berikutnya seorang pegawai akan cepat masuk dalam kategori ahli.  Artinya, kalau sudah ahli dan berpengalaman di bidangnya, maka pegawai akan dipromosikan naik jenjang karier.

Dia mengaku menerapkan pola leading by example terhadap bawahan, dengan begitu bawahannya akan mengikut sehingga proses learning by doing itu sendiri otomatis akan ikut tercipta. Selama mengetahui batas-batas yang diajarkan sehingga tidak mengekang ide kreatif pegawai. ”Pegawai adalah aset utama perusahaan, jika mereka bisa perform itulah tanda-tanda perusahaan yang berhasil, ” ucapnya.

Bagi karyawan yang perform dan lebih menguasai bidangnya, maka berhak mendapat kepercayaan yang lebih daripada karyawan yang lain. Sikap ini harus ditekankan dalam perusahaan karena akan meningkatkan daya saing perusahaan itu di masa sulit seperti sekarang. Dia mengatakan, lulusan dari pendidikan formal sekarang ini belum siap untuk langsung terjun dalam dunia kerja. Jadi, harus menambah keterampilan khusus seperti training. Perusahaannya memberikan training secara berkala bagi pegawai baru atau lama untuk meningkatkan baik soft skill maupun hard skill karyawan dan mengenal perusahaan lebih dekat. Tentu saja training ini dimaksudkan agar karyawan lebih cepat bisa menerapkan proses learning by doing.

Sementara Direktur Bank Mega Syariah Ani Murdiati menyebutkan, sejak menjadi staf, dirinya kerap menerapkan learning by doing.  Menurut dia, sistem pembelajaran seperti itu relatif lebih cepat masuk di otaknya daripada belajar dengan sistem text book. ”Saat saya sekolah tidak pernah kenal dengan accounting segala macam. Saya belajar lerning by doing dan itu cukup berhasil, ” tuturnya kepada Seputar Indonesia.

Selain itu, dalam bekerja harus berhati bersih, banyak belajar, dan tawakal. Banyak hal yang akan didapatkan dengan learning by doing.  Karena itulah, learning by doing sangat baik dipergunakan oleh semua pegawai, mulai level staf hingga puncak pimpinan.

Dia menuturkan, salah satu cara menularkan learning by doing kepada pegawai adalah dengan memberikan tugas di luar tugas utamanya. Bagi sebagian pegawai, hal ini tentunya menambah beban kerja pegawai. Namun, yang kurang dipahami pegawai, hal itu akan menambah pengetahuan dan keterampilan dari pegawai itu sendiri. Semakin banyak pegawai melakukan learning by doing, tentu semakin banyak ilmu yang didapatkan.

Tentu saja, dalam memberikan tugas, dirinya selalu memperhatikan berbagai sisi.  Salah satunya adalah kemampuan dan beban pekerjaan yang telah diemban pegawai tersebut. ”Saya memberitahukan kepada staf saya bahwa apa yang dilakukan pada saat ini pasti memberikan banyak benefit. Bahkan, bisa menjadi bekal pada masa depan, ” paparnya.

Menurut dia, sudah menjadi fitrah manusia untuk menuju hidup yang lebih baik.  Pegawai yang ingin hidup lebih baik tentunya harus menempatkan diri dengan kualitas yang lebih baik juga. Caranya harus memahami banyak hal dan memiliki wawasan dan ilmu segala macam. Kalau belajar dengan text book, tentunya akan sulit melakukan itu. Karena itu, hanya bisa dilakukan dengan belajar dan melakukannya atau learning by doing. Presiden Direktur PT Kodel Grup Silmy Karim mengatakan, sebenarnya learning by doing merupakan proses yang harus dijalankan pegawai. Namun, setiap pegawai memiliki kadar masing-masing. Tergantung dari kemampuan dan kemauan dari pegawai itu sendiri. Perusahaan sendiri sebenarnya tidak mempersoalkan apakah dalam melakukan aktivitas kerjanya pegawai menerapkan learning by doing atau tidak.
Karena yang terpenting adalah hasil yang dicapai pegawai sesuai dengan target perusahaan. Apalagi perusahaan telah memiliki standard operating procedure (SOP) sendiri.

”Pegawai tinggal mengikuti SOP yang telah dimiliki perusahaan. Tapi, kalau mereka merasa perlu melakukan hal lain di luar SOP yang telah ditentukan, sebenarnya tidak ada masalah. Asalkan output yang diraih sama atau melebihi yang diharapkan perusahaan, ” paparnya.

Silmy menjelaskan beda antara learning by doing dan trial and error, sangatlah tipis. Karena itulah, pegawai yang melakukan learning by doing sebaiknya lebih berhati-hati agar tidak mengganggu ritme perusahaan. Namun, bukan berarti Silmy melarang pegawainya untuk melakukan learning by doing. Biasanya pegawai yang berinisiatif melakukan learning by doing kerap melakukan berbagai terobosan dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

Karena itulah, dia telah meminta kepada pegawainya yang berada pada level manajerial untuk terus berinovasi dengan learning by doing. Sementara pada level staf, learning by doing bisa mempercepat pengetahuan pegawainya dalam menjalankan pekerjaannya. Apalagi terkadang pendidikan dan pelatihan yang dilakukan perusahaan cenderung sulit diserap pegawai. Namun, ketika menghadapi secara langsung, pegawai bisa melakukan aktivitas tersebut dengan baik.

Sementara, Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor Johnny Dharmawan menyebutkan, learning by doing merupakan sebuah proses pembelajaran yang lebih baik daripada text book. Apalagi ada kalanya pegawai sulit menerima pelajaran dari training atau pendidikan yang berbasis text book. Namun, ketika dihadapkan pada situasi dan kondisi pekerjaan, pegawai mampu mengaplikasikan dengan baik. (hermansah/koran si)
(//rhs)

0 komentar:

Posting Komentar